
Di setiap sudut desa, di setiap surau kecil, terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan dengan syahdu. Di balik keindahan suara itu, ada sosok-sosok mulia yang tak pernah lelah membimbing, para guru ngaji. Mereka adalah pilar utama yang menjaga api syiar Islam tetap menyala. Di antara jutaan pahlawan tanpa tanda jasa ini, ada satu nama yang perjuangannya telah menginspirasi dunia: KH As'ad Humam. Profilnya terkenang di belakang buku IQRO yang selalu dibawa anak-anak mengaji. Beliau adalah seorang guru ngaji dari Indonesia yang dijuluki Pahlawan Al-Qur'an, yang dedikasinya melahirkan sebuah revolusi dalam dunia pendidikan Islam.
KH. As’ad Humam lahir di Kotagede, Yogyakarta, pada tahun 1933. Masa mudanya penuh semangat, hingga sebuah kecelakaan parah pada tahun 1963 mengubah jalan hidupnya. Tubuhnya mengalami cacat fisik, pendidikan formalnya terhenti, namun justru dari keterbatasan itulah lahir sebuah kekuatan baru: beliau memilih jalan sebagai guru ngaji.
Kisah KH As'ad Humam dimulai dari keprihatinannya yang mendalam. Pada era 1980-an, beliau melihat bahwa proses belajar membaca Al-Qur'an seringkali terasa rumit, membosankan, dan memakan waktu lama, terutama bagi anak-anak. Metode yang ada saat itu masih berfokus pada ejaan satu per satu (seperti ba-ta-a, ba-ta-i, ba-ta-u), yang sering membuat anak-anak kesulitan dan bahkan putus asa.
Namun, di dalam diri KH As'ad Humam, lahir sebuah visi yang jenius. Beliau berpikir, “Bagaimana caranya agar anak-anak bisa membaca Al-Qur'an dengan cepat dan menyenangkan?” Dari sanalah, dengan semangat dan ketulusan, beliau merancang sebuah metode baru yang revolusioner: Metode Iqra'. Metode ini meninggalkan cara mengeja dan langsung mengenalkan huruf serta harakatnya melalui contoh-contoh praktis, membuat proses belajar menjadi sangat intuitif dan efisien. Iqra' bukan sekadar buku, melainkan sebuah terobosan yang mengubah cara jutaan orang belajar Al-Qur'an.
Apa yang dimulai dari sebuah surau kecil di Yogyakarta, dengan cepat menjadi gerakan nasional. Keajaiban metode Iqra' menyebar dari mulut ke mulut, dari satu desa ke desa lainnya, hingga akhirnya buku-buku Iqra' digunakan di seluruh Indonesia. Keberhasilannya yang luar biasa membuat metode ini menembus batas-batas negara, mencapai Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, bahkan hingga ke Eropa dan Amerika. Jutaan anak-anak yang sebelumnya merasa berat, kini bisa membaca Al-Qur'an dengan lancar dalam hitungan bulan.
KH.As’ad Humam tidak hanya menciptakan sebuah metode, tetapi beliau juga menanamkan semangat. Beliau menunjukkan bahwa dedikasi dan inovasi dapat membawa dampak yang tak terhingga bagi umat. Dengan Iqra, beliau membangun jembatan emas bagi generasi muslim untuk lebih dekat dengan kitab suci mereka. Inilah alasan mengapa beliau sangat layak disebut pahlawan Al-Qur’an karena beliau telah berjuang menyelamatkan generasi dari buta huruf Al-Qur’an.
Kini, perjuangan KH. As’ad Humam tidak berhenti pada dirinya, warisan yang beliau tinggalkan adalah sebuah amanah bagi kita semua. Peran guru ngaji masih sangat krusial dan mereka membutuhkan dukungan kita. Lalu, bagaimana kita dapat melanjutkan perjuangan mulia ini?
Kisah KH As'ad Humam adalah pengingat bahwa amal jariyah bisa datang dari inovasi, ketulusan, dan dedikasi. Marilah kita jadikan perjuangan beliau sebagai motivasi untuk menjadi bagian dari rantai kebaikan yang tak pernah putus, meneruskan cahaya Al-Qur'an ke seluruh penjuru dunia.