
Ramadan adalah waktu yang tepat untuk lebih mendisiplinkan diri dalam berbagai aspek kehidupan. Perbanyak ibadah di 10 hari terakhir puasa Ramadan. Periode ini disebut yang paling penuh rahmat, memberi kesempatan emas untuk meningkatkan spiritual, refleksi diri, dan mencari berkah Lailatul Qadar.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya: Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah saw mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya (HR Bukhari dan Muslim).
Mengoptimalkan Ibadah di 10 Hari Terakhir
Salah satu sunnah Rasulullah saw di sepuluh hari terakhir adalah i’tikaf, yakni berdiam diri di masjid untuk fokus beribadah. Jika tidak bisa beri’tikaf penuh, setidaknya kita bisa memperbanyak shalat malam, khususnya shalat tahajud dan witir, karena doa-doa di waktu ini sangat mustajab.
Lailatul Qadar adalah malam penuh kemuliaan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Amal kebaikan yang dilakukan pada malam ini sama dengan ibadah selama 83 tahun lebih. Rasulullah saw menyebutkan bahwa siapa yang menghidupkan malam ini dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Sedekah di bulan Ramadhan, terutama di sepuluh hari terakhir, memiliki keutamaan yang besar. Berbagi dengan sesama, membantu fakir miskin, atau berkontribusi dalam program sosial adalah cara untuk menambah pahala berlipat ganda. Rasulullah saw sendiri semakin dermawan di bulan Ramadhan, mengajarkan kita untuk memperbanyak amal kebaikan.
Pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, umat Islam berlomba-lomba mencari satu malam yang begitu istimewa, yaitu malam lailatulqadar, malam yang lebih mulia dibandingkan seribu malam. Jangan sia-siakan waktumu ya sahabat!