Dalam agama Islam, berperilaku baik terhadap sesama manusia adalah suatu perintah yang diperintahkan Allah SWT melalui firman-Nya di dalam Al-Qur'an. Salah satu contoh perintah tersebut adalah dalam surah Al-Baqarah ayat 220, yang berbunyi:
“فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ”
Artinya: “Di dunia dan di akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: ‘Mengurus urusan mereka dengan baik adalah lebih baik bagi mereka. Dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu. Dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan memberi kemudahan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menunjukkan pentingnya perlakuan yang baik terhadap anak yatim, serta memuliakan dan membantu mereka. Allah SWT menegaskan bahwa mengurus urusan mereka dengan baik adalah lebih baik bagi mereka. Jika kita bergaul dengan mereka, maka mereka dianggap sebagai saudara bagi kita. Allah SWT mengetahui siapa yang membuat kerusakan dan siapa yang berusaha memperbaiki keadaan. Jika Allah menghendaki, Dia akan memberikan kemudahan bagi kita. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang membahas tentang anak yatim, menunjukkan pentingnya perhatian dan kasih sayang terhadap mereka. Sebagai contoh, dalam surah Al-Ma'un ayat 1-3, Allah SWT berfirman:
“أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ.فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ الْيَتِيمَ.وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ”
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
Ayat ini menekankan bahwa menghardik anak yatim adalah tindakan yang sangat tidak terpuji. Allah SWT menggambarkan orang yang mendustakan agama sebagai orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak menyukai perilaku tersebut dan memandangnya sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama.
Allah SWT juga menegaskan bahwa orang yang menyakiti anak yatim dan memakan harta mereka dengan zalim akan mendapatkan balasan yang setimpal. Dalam surah An-Nisa ayat 10, Allah SWT berfirman:
“إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا”
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya, dan kelak mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
Ayat ini menjelaskan bahwa memakan harta anak yatim secara zalim adalah tindakan yang sangat buruk. Allah SWT menggambarkan bahwa mereka yang melakukan hal ini sebenarnya menelan api dalam perut mereka, dan kelak mereka akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala sebagai balasan atas perbuatan mereka.
Dalam Islam, ditegaskan bahwa kita harus menghindari dan menjauhi tindakan yang merugikan anak yatim. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk menyantuni, memuliakan, dan membantu mereka sesuai dengan kemampuan kita. Mengurus anak yatim dengan baik merupakan perbuatan yang dianjurkan dan mendapatkan pahala yang besar di hadapan Allah SWT.