Tidak ada orang yang akan miskin karena sedekah. Sebaliknya, Allah menjanjikan ganjaran yang berlipat-lipat kepada mereka yang mau mengeluarkan hartanya di jalan Allah.
Sebagai bentuk kecintaan dan ketaatan kepada Allah, sedekah tidak hanya akan memberikan manfaat kepada penerimanya, namun juga kepada pemberinya.
Manfaat sedekah bahkan tidak hanya akan diperoleh di akhirat berupa pahala, namun juga di dunia dengan dimudahkannya rezeki untuk bersedekah lebih banyak lagi.
Dalam Islam, ruang lingkup sedekah sangatlah luas, tidak hanya dalam wujud materi tapi juga bisa berwujud non materi. Seperti apa penjelasan lengkapnya? Yuk, simak ulasan ini sampai akhir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sedekah memiliki arti sebagai pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah, sesuai dengan kemampuan pemberi. Sedekah sering juga disebut sebagai derma.
Sedangkan menurut bahasa Arab, shadaqah berasal dari kata shidiq yang artinya adalah kebenaran.
Pengertian sedekah dalam Islam, adalah sebuah pemberian yang dilakukan oleh seorang muslim, kepada orang lain dengan cara spontan dan sukarela, tidak dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pemberian oleh seorang non muslim tidak bisa disebut sedekah, begitu pula pemberian dengan terpaksa.
Lalu apa bedanya infak dengan sedekah? Apakah keduanya sama? Kalau sama, kenapa ada istilah zakat, infak dan sedekah (ZIS)?
Secara terminologi bahasa Arab, infak berasal dari kata anfaqa yang berarti membelanjakan atau mengeluarkan harta. Inilah perbedaan antara infak dengan sedekah.
Sedekah dapat diberikan dalam bentuk non materi atau selain harta. Senyum yang diberikan kepada orang lain adalah sedekah. Menyingkirkan paku atau ranting di jalan juga adalah sedekah.
Sedangkan infak haruslah dalam wujud harta atau materi. Yang membedakan infak dengan zakat adalah, hukum berinfak adalah sunnah, sementara zakat itu wajib bagi seorang muslim.
Berdasarkan banyak dalil sedekah, terdapat 4 keutamaan yang akan diperoleh bagi mereka yang rela memberikan hartanya kepada orang lain. Keempatnya adalah:
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist tentang sedekah berikut ini:
“Aku bersumpah demi tiga perkara: harta tidak akan berkurang karena sedekah, maka bersedekahlah kamu. Seseorang yang memaafkan orang lain karena suatu perbuatan zalim, maka Allah pasti memuliakannya. Maka maafkanlah (orang yang berbuat zalim), maka Allah pasti menambahkan kemuliaan. Seseorang yang meminta-minta kepada orang lain, maka Allah pasti akan membukakan pintu kefakiran kepadanya.” (HR Ahmad dan al-Bazzar)
Dalam hadits tersebut Rasulullah berani bersumpah bahwa orang yang gemar bersedekah, tidak akan berkurang hartanya.
Allah akan melimpahkan keberkahanNya kepada mereka yang gemar bersedekah, keberkahan tersebut tentu termasuk rezeki yang terus mengalir, sehingga bisa bersedekah lebih banyak lagi.
Dalam firmanNya, Allah juga menjanjikan setiap harta yang dinafkahkan di jalan Allah, akan diganti dengan yang lebih baik.
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.” (QS Saba’: 39)
Keutamaan lain dari sedekah adalah dapat menjaga pelakunya dari bala atau musibah. Hal ini sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya sedekah benar-benar memadamkan kemurkaan Allah dan menghindarkan dari kematian yang buruk.” (HR At-Tirmidzi)
Kematian yang buruk dapat berarti meninggal dalam kondisi bermaksiat kepada Allah, dapat juga berarti meninggal dalam kondisi dihinakan keadaannya oleh Allah.
Cukup banyak kisah hikmah dari keutamaan ini, tentang orang-orang ahli sedekah yang selamat dari musibah atau bencana, saat orang lain di sekitarnya tidak.
Sebagai makhluk Allah yang tak luput dari dosa dan kesalahan, sedekah dapat membantu menggugurkan dosa-dosa kecil. Hal tersebut disampaikan Rasulullah SAW dalam hadist ini:
“Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.” (HR At-Tirmidzi)
Dalam Alquran, sedekah juga termasuk salah satu perbuatan baik yang bisa menjadi penghapus dosa.
“Sesungguhnya, perbuatan baik menghapus perbuatan buruk.” (QS Hud: 114)
Tidak hanya semasa hidup, mereka yang gemar bersedekah juga akan mendapatkan manfaat di kehidupan setelah kematian.
Allah menjanjikan pahala berlipat ganda kepada ahli sedekah, hingga 700 kali lipat. Janji Allah terdapat dalam ayat tentang sedekah berikut :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 261)
Pahala sedekah juga akan terus mengalir kepada pelakunya, bahkan setelah meninggal. Jadi tidak hanya diganjar 700 kali lipat, sedekah akan menjadi investasi akhirat yang tidak pernah merugi.
Adakah investasi yang lebih menguntungkan daripada berniaga dengan Allah melalui sedekah? Sudah pasti tidak ada.
Terdapat beberapa macam sedekah beserta contohnya, yaitu:
Ini merupakan sedekah yang umum dipahami oleh banyak kaum muslimin, yaitu bersedekah dengan mengeluarkan harta atau benda yang dimiliki.
Sedekah jenis ini dapat berupa pemberian makanan, minuman, pakaian layak pakai, uang, dan sebagainya. Memberi makan orang berbuka termasuk dalam sedekah materi.
Ketika memberikan sedekah dalam bentuk materi, hendaknya harta yang disedekahkan merupakan harta yang dicintai, itulah sedekah terbaik menurut Alquran dan sabda Rasulullah SAW.
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran : 92)
Para sahabat Rasulullah radhiyallahu’anhum telah memberi contoh bersedekah dengan harta terbaik, seperti dalam kisah kompetisi sedekah antara Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Ketika Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk bersedekah, Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu kemudian menyedekahkan separuh dari hartanya dan menyisakan separuh lainnya untuk keluarga.
Ketika tiba giliran Abu Bakar radhiyallahu’anhu, ternyata beliau menyedekahkan seluruh harta dan menyatakan, “Aku tinggalkan untuk mereka (keluarga) Allah dan RasulNya.”
Mengetahui hal tersebut, Umar bin Khattab takjub dan mengatakan, “Selamanya, aku tidak akan dapat mengalahkannya (Abu Bakar) dalam hal apapun.”
Sedekah berikutnya adalah berupa non materi. Sedekah non materi adalah yang paling mudah dilakukan dan paling murah, karena dapat diberikan dalam kondisi sempit secara materi.
Sedekah jenis ini bisa berupa nasihat, informasi bermanfaat, tenaga, sumbang pikiran, bahkan hanya sekadar senyum kepada orang lain.
Terkait sedekah non materi, Rasulullah SAW bersabda:
”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya. Kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah. Kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah. Kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju salat adalah sedekah. Dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari)
Begitu pula disabdakan dalam hadits lain dengan penjelasan dan makna yang serupa.
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, perintahmu untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu kepada seseorang yang tersesat adalah sedekah, menuntunmu kepada orang yang kabur penglihatannya adalah sedekah, kamu menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan (yang dapat membahayakan pengguna jalan) adalah sedekah, dan kamu menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah.” (HR At-Tirmidzi)
Kalau sudah sedemikian mudah, tentu tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk tidak bersedekah, bukan?
Sering juga disebut dengan amal jariyah, sedekah jenis ini termasuk dalam 3 ibadah yang pahalanya akan terus mengalir sampai kiamat.
“Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim)
Sedekah jariyah adalah bentuk pemberian atau sumbangan yang dapat terus diambil manfaatnya walau pemberinya telah meninggal. Sedekah ini bisa diberikan berupa materi maupun non materi.
Contoh sedekah jariyah adalah infak pembangunan masjid, sumbangan sarana atau fasilitas umum, ikut serta membangun sumur atau saluran air bersih, mengajarkan ilmu secara gratis, dan sebagainya.
Ketika terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan salat gerhana. Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajak kaum muslimin untuk bersedekah.
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam Islam, tidak ada hari sebaik hari Jumat. Karena itulah bagi laki-laki muslim diwajibkan untuk menunaikan salat di hari Jumat. Begitu pula ibadah lainnya, akan diganjar pahala berlipat ganda.
“Hari yang baik saat terbitnya matahari adalah hari Jumat. Hari tersebut adalah hari diciptakannya Adam, hari ketika Adam dimasukkan ke dalam surga dan hari ketika Adam dikeluarkan dari surga. Hari kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR Muslim)
Ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim di 10 hari pertama bulan Zulhijah, akan diganjar Allah dengan pahala yang melebihi pahala orang berjihad.
Karena itulah, memperbanyak sedekah di waktu tersebut juga dianjurkan. Sebagaimana sabda Rasululllah SAW berikut:
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijah). Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Ramadan merupakan bulan ibadah di mana perbuatan mubah akan diganjar pahala oleh Allah, ibadah sunnah akan mendapat pahala ibadah wajib, dan ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.
Karena itulah sangat dianjurkan untuk berlomba-lomba melakukan sedekah di bulan Ramadhan, baik sedekah sunnah maupun wajib (zakat).
“Barang siapa yang pada bulan itu (Ramadan) mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan.” (HR Bukhari & Muslim)
Bagaimana mungkin bisa bersedekah saat dalam kesempitan? Justru di situlah letak keutamaannya. Memberi di saat lapang adalah hal yang mudah, sedangkan di saat sempit tentu sulit dilakukan.
Karena itu ganjaran bagi mereka yang masih sanggup bersedekah di kala sempit, akan dinilai lebih oleh Allah dibandingkan di kala lapang. Toh, sedekah tidak harus dengan harta atau materi, bukan?
“”Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab; kamu bersedekah pada saat masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat takut menjadi fakir, dan saat berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.”” (HR Bukhari & Muslim)
Gerakan Sedekah Subuh belakangan ini marak dilakukan oleh sebagian kaum muslimin Indonesia, namun apakah ada keutamaan dari jenis sedekah ini?
Ketika ditanyakan tentang hal tersebut, Buya Yahya yang merupakan ulama karismatik asal Cirebon, menjelaskan bahwa tidak ada anjuran khusus dari Rasulullah untuk melakukan sedekah subuh.
Namun beliau melanjutkan bahwa tidak mengapa bila ingin melakukannya dengan niat bersedekah seawal mungkin di pagi hari. Berlomba untuk lebih dulu bersedekah dibanding orang lain.
Bagi yang ingin merutinkan dan mengambil manfaat sedekah subuh, beberapa cara ini bisa dicoba:
Setelah melakukan sedekah subuh, jangan lupa untuk membaca doa sedekah subuh berikut ini:
“Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.”
Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Mengeluarkan sedekah memang sangat dianjurkan kepada kaum muslimin, dan Allah menjanjikan pahala yang berlipat-lipat.
Namun bila seorang muslim memiliki tanggungan hutang yang cukup besar, bolehkah dia bersedekah? Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum atas hal ini. Perbedaannya terbagi menjadi 2 yaitu:
Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Ghazali, Imam Naisaburi dan Imam Mawardi.
Pendapat ini didukung oleh antara lain; Imam Abu Thayyib, Imam Ibnu Shabbagh, Imam Syirazi, dan Imam Baghawi. Pendapat yang mengharamkan karena mengacu kepada hadits Rasulullah SAW:
“Orang kaya yang mengulur-ngulur bayar utang itu zalim, dan apabila dipindah alih pembayaran utang salah satu dari kalian kepada orang yang mampu, maka hendaklah ia mengikutinya.” (HR Bukhari & Muslim)
Selain itu terdapat pula hadits yang menyatakan bahwa kondisi berhutang bisa membuat seseorang yang mati syahid terhambat masuk surga, sampai hutang-hutangnya lunas.
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR Muslim)
Jika para syuhada yang disebut mendapat ‘tiket tol’ ke surga saja bisa terhambat karena hutang, apalagi bagi orang biasa yang amalan ibadahnya pun standar.
Karena itu sebaiknya utamakan untuk melunasi hutang (yang jatuh tempo) dulu, sebelum memperbanyak sedekah.
Banyak kisah keajaiban sedekah yang dapat dijadikan motivasi bagi siapa yang membacanya, salah satu yang sempat viral adalah kisah yang dialami pelawak kondang, Denny Cagur.
Diungkapkan dalam acara channel youtube RANS Entertainment, Denny menceritakan kejadian yang dialaminya pada tahun 2007 lalu.
Saat itu keadaan ekonominya beserta keluarga sedang pas-pasan, Denny bahkan hanya memiliki saldo uang 1,2 juta rupiah di bank.
“Gue waktu itu masih ngontrak dan gue butuh uang besar untuk mulai membangun rumah,” jelasnya. Kebetulan saat itu Denny mendapat undangan untuk acara Deal or No Deal di stasiun televisi.
Sebelum berangkat, Denny menyempatkan pergi ke ATM, mencairkan uangnya 1 juta rupiah, kemudian menyumbangkannya ke masjid terdekat.
“Gue ambil sejuta, gue sisain 200 ribu. Pas keluar (ATM) yang gue cari mesjid mau gue sedekahin uang ini, semoga Allah membukakan rezeki gue,” kenangnya.
Ternyata sedekah tersebut langsung dibalas tunai oleh Allah di hari yang sama, dari acara tersebut Denny berhasil mendapatkan 254 juta rupiah. Artinya uang yang disedekahkan dibalas 254 kali lipat!
“Detik itu, hari itu dibayar kontan sama Allah kekuatan sedekah. Gue udah ngerasain sendiri,” kata Denny Cagur menutup kisahnya.
Sumber:
– https://www.republika.co.id/
– https://jateng.tribunnews.com/