Jakarta-Berprofesi sebagai sopir ambulance mengantar jenazah ataupun pasien darurat menjadi beban tersendiri dan tidak mudah bagi sebagian orang. Raungan sirine, kelap-kelip lampu rotator memecah kemacetan jalan, sebuah pemandangan yang tak jarang dijumpai saat mobil ambulance melintas di jalan, Selasa (05/04/2022).
Di baliknya ada sosok yang tak bisa dianggap sebelah mata. Sebuah pekerjaan yang berkutat tidak jauh dengan jenazah dan pasien rujukan maupun pasien darurat, orang yang tertimpa kesusahan dan mungkin bagi sebagian besar orang dianggap menyeramkan, ialah sopir ambulans.
Salah satunya Rahmat Malik yang bekerja di Lembaga Amil Zakat Nasional Yayasan Kesejahteraan Madani (LAZNAS YAKESMA) yang berprofesi sebagai supir ambulance, dirinya sudah menjalani profesi supir ambulance selama 11 tahun sejak LAZNAS YAKESMA berdiri. Berbagai pengalaman suka dukanya yang ia rasakan selama menjadi supir ambulance.
Supir ambulance LAZNAS YAKESMA Rahmat Malik mengatakan, selain menjadi supir ambulance dirinya juga memiliki keahlian mengajar seni bela diri silat betawi yang sudah mengikuti banyak kejuaraan, namun beberapa tahun kemudian dirinya memilih menjadi supir ambulance di LAZNAS YAKESMA sebagai pengabdian pada nilai-nilai kemanusiaan. Dengan tekad yang kuat Rahmat Malik menjalani profesi sebagai supir ambulance LAZNAS YAKESMA hingga saat ini.
Rahmat Malik mengatakan, banyak hal pengalaman baik menarik hingga selama dirinya menjadi supir ambulance.
“Selama saya menjadi supir ambulance cukup banyak pengalaman yang saya rasakan, untuk sukanya saya suka bekerja sambil jalan-jalan ke berbagai tempat sambil membawa mobil ambulance sehingga saya mengetahui daerah-daerah yang jauh selain itu senang membantu orang dikala membutuhkan bantuan,” tutur pria yang akrab disapa Cing Malik ini.
Malik menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang memandang sebelah mata terhadap profesi supir ambulance.
“Masyarakat kadang memandang sebelah mata pada supir ambulance, padahal supir ambulance itu menurut saya adalah pejuang kemanusiaan tanpa tanda jasa. Coba bayangkan bila tidak ada supir ambulance, bagaimana jadinya nasib mereka yang sakit,”tambahnya.
Dirinya berharap profesi supir ambulance mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga kesejahteraan mereka terjamin.
“Saya sih ingin sekali pemerintah memperhatikan para supir ambulance yang bekerja di lembaga-lembaga sosial, yaa misalnya ada perhatian dari pemerintah sehingga kesejahteraan kita terjamin,”pungkasnya(*) (GUSWAN)